Jumat, 25 Mei 2018

surat terbuka untuk film Bumi Manusia


Surat terbuka untuk para pembuat dan pemodal film “Bumi Manusia” 







Assalamualaikum, Wr Wb.

Semoga kita semua dalam limpahan karunia dan lindungan Tuhan yang ESA

Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri, saya adalah salah satu dari sekian ribu orang yang pernah membaca dan sampai sekarang masih menikmati karya Pramoedya Ananta Toer selanjutnya saya sebut Pram, karya Pram yang pertama saya baca adalah Jejak Langkah sambungan ketiga dari tertralogi buru dan sampai saat ini masih membaca karya-karya Pram. 

Terimakasih kepada Falcon pictures sebagai rumah produksi film dan mau membiayai produksi film Bumi Manusia yang di launcing 24 Mei kemarin. Terimakasih kepada Hanung Bramantio yang mau menjadi sutradara film bumi manusia, dan terikasih saya hanturkan juga kepada pemeran Minke di film bumi manusia semoga sesuai kebutuhan pasar. Untuk kalian ketahui Bersama terutama team riset,yang mungkin sudah melakukan penelitian secara konfrehensif pada karya-karya Pram lain, dan mungkin juga pada pembaca karya-karya Pram. dalam bukunya yang berjudul Nyanyi Sunyi Seorang Bisu jilid dua berisikan catatan dan surat kepada keluarga, Pram pernah menulis seperti ini:

“pada suatu malam Dan Tefaat memanggil dan memerintahkan  agar aku membuat komik. Alasan itu pendek dan bisa segera selesai. Kesulitan pernah berdatangan. Aku terpojokan. Dari luar pun aku termasuk golongan anti komik. Aku berpendapat, gambar dibuat hanya sebagai pembantu karena orang tak dapat membayangkan. Kebanyakan cerita-cerita komik kuanggap merugikan generasi muda, bukan hanya perseorangan atau pribadi. Dia adalah cerita yang ready-made, sehingga kanak-kanak tidak ditantang untuk mengembangkan daya fantasinya. Padahal justru pada masa kanak-kanak mengakibatkan ancaman kematian terhadap daya cipta di masa dewasa dan tuanya. Mereka akan tumbuh jadi pekerja teknis semata, kehilangan kemampuan untuk mempersembahkan pada nasionnya sendiri tambahan kekayaan rohani.”


Paragraf ini menjadi alasan kuat saya untuk menolak Bumi Manusia di filmkan. Bukan menolak film-film Indonesia dan memang bukan kemampuan saya berpendapat seperti itu. Saya hanya sebagai pembaca buku yang berpendapat ketika novel atau roman di filmkan akan merenggut nyawa novel atau roman tersebut. Dan dari paragraf diatas menunjukan kengganan Pram mebuat karya bergambar karane membuat penikmatnya diberi kaca mata kuda, mematikan imajinasi. Semoga bapak ibu memahami.
Demkian dari saya,
Wasalam
                                                                                                Joglo, 25 Mei 2018