Surat
terbuka untuk para pembuat dan pemodal film “Bumi Manusia”
Assalamualaikum,
Wr Wb.
Semoga
kita semua dalam limpahan karunia dan lindungan Tuhan yang ESA
Sebelumnya
saya akan memperkenalkan diri, saya adalah salah satu dari sekian ribu orang
yang pernah membaca dan sampai sekarang masih menikmati karya Pramoedya Ananta
Toer selanjutnya saya sebut Pram, karya Pram yang pertama saya baca adalah
Jejak Langkah sambungan ketiga dari tertralogi buru dan sampai saat ini masih
membaca karya-karya Pram.
Terimakasih
kepada Falcon pictures sebagai rumah produksi film dan mau membiayai produksi
film Bumi Manusia yang di launcing 24 Mei kemarin. Terimakasih kepada Hanung Bramantio
yang mau menjadi sutradara film bumi manusia, dan terikasih saya hanturkan juga
kepada pemeran Minke di film bumi manusia semoga sesuai kebutuhan pasar. Untuk
kalian ketahui Bersama terutama team riset,yang mungkin sudah melakukan
penelitian secara konfrehensif pada karya-karya Pram lain, dan mungkin juga
pada pembaca karya-karya Pram. dalam bukunya yang berjudul Nyanyi Sunyi Seorang
Bisu jilid dua berisikan catatan dan surat kepada keluarga, Pram pernah menulis
seperti ini:
“pada suatu malam Dan Tefaat memanggil dan
memerintahkan agar aku membuat komik.
Alasan itu pendek dan bisa segera selesai. Kesulitan pernah berdatangan. Aku
terpojokan. Dari luar pun aku termasuk golongan anti komik. Aku berpendapat,
gambar dibuat hanya sebagai pembantu karena orang tak dapat membayangkan.
Kebanyakan cerita-cerita komik kuanggap merugikan generasi muda, bukan hanya
perseorangan atau pribadi. Dia adalah cerita yang ready-made, sehingga
kanak-kanak tidak ditantang untuk mengembangkan daya fantasinya. Padahal justru
pada masa kanak-kanak mengakibatkan ancaman kematian terhadap daya cipta di
masa dewasa dan tuanya. Mereka akan tumbuh jadi pekerja teknis semata,
kehilangan kemampuan untuk mempersembahkan pada nasionnya sendiri tambahan
kekayaan rohani.”
Paragraf
ini menjadi alasan kuat saya untuk menolak Bumi Manusia di filmkan. Bukan
menolak film-film Indonesia dan memang bukan kemampuan saya berpendapat seperti
itu. Saya hanya sebagai pembaca buku yang berpendapat ketika novel atau roman
di filmkan akan merenggut nyawa novel atau roman tersebut. Dan dari paragraf
diatas menunjukan kengganan Pram mebuat karya bergambar karane membuat
penikmatnya diberi kaca mata kuda, mematikan imajinasi. Semoga bapak ibu memahami.
Demkian dari saya,
Wasalam
Joglo,
25 Mei 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar